Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

NusantaRun (Chapter 6): Run with a Purpose. Run for Humanity.

Apa tujuan kamu lari? Ingin lebih sehat. Ingin menurunkan berat badan. Supaya lebih segar dan tidak mudah mengantuk. OK. Melawan diabetes. Memudarkan kedukaan akibat ditinggal keluarga yang berpulang. Melawan kanker. Demi kemanusiaan. WOW!! Ada banyak alasan seseorang memutuskan untuk memulai olahraga berlari. Saya sendiri mulai dengan alasan yang sederhana. Menjaga kesehatan, murah, bisa kapan saja dan di mana saja tanpa harus bergantung dengan orang lain. Namun makin kesini saya makin menemukan berbagai alasan seseorang berlari, yang sungguh anti mainstream . Salah satunya berlari untuk berdonasi, seperti yang ditemukan pada pelari NusantaRun, sebuah gelaran yang diusung oleh Yayasan Lari Nusantara. Mungkin karena ketahuan mulai suka berlari, Jumat lalu (30/11/2018) saya diajak seorang teman untuk menghadiri konferensi pers NusantaRun: Chapter 6 di CGV FX Sudirman. Sebelumnya saya hanya dengar sekilas saja tentang event ini. Lalu, ketika acara dibuka dengan pemuta

First Race: Borobudur Marathon 2018

Kalau saya sekarang tiba-tiba suka lari, sebenarnya saya tidak sedang pindah kuadran.  Sejak kecil saya memang sudah menyukai aktivitas lari, termasuk permainan yang ada unsur larinya, seperti petak jongkok dan bentengan. Pada dasarnya saya memang suka lari. Ketika ITB menggelar ultra marathon 2017 lalu, sebenarnya saya ingin ikut berpartisipasi. Tapi kenyataanya, saya masih belum kuat berlari.  Saat itu masih sulit bagi saya mengatur waktu latihan, karena masih punya balita pula. Sempat impulsif membeli slot Borobudur Marathon 2017  kategori 10K  (karena ada diskon 20%), tapi lagi-lagi tidak berani berangkat karena belum ada modal latihan. Ketika si bungsu lepas masa balita April 2018 lalu, dan dia sudah lebih mandiri, saya pikir saya sudah mulai punya waktu buat lari. Tapi ya ternyata susah juga berkomitmen untuk rutin lari. Lalu menjelang gue usia 40 pada Agustus 2018 lalu, saya berpikir, untuk mulai mencoba sesuatu yang baru. Tergodalah untuk kembali membeli s

Boleh Saya Menulis Lagi?

Ketika blog ini dibuat, anak saya baru satu. Ini menjelaskan mengapa blog ini memakai nama Byoma. Postingan terakhir, anak saya sudah dua. Sepasang, laki-laki dan perempuan. Lalu saya sibuk mengasuh mereka, dan berkeluarga. Sibuk, mengalir, hanyut, tenggelam dan muncul lagi. Syukur saya masih bernafas. Hari ini anak saya sudah empat. Perubahan terjadi cepat. Popularitas blog mungkin sudah surut, kalah oleh twitter, facebook, dan instagram. Blog mikro lebih mudah ditangani. Lebih praktis. Postingan sekelebat pun tak masalah. Twitter, dulu hanya bisa memuat 140 karakter. Tapi sekarang lebih. Namun, namanya tetap mikro. Facebook sempat turun juga populritasnya, tapi sekarang sudah naik lagi. Kalau instagram, mungkin semua orang punya akunnya. Dua anak pertama saya, yang pada postingan terakhir adalah balita lucu yang baru bisa satu-dua lagu, sekarang sudah punya akun Instagram. Instagram Bima memuat foto-foto yang ditangkapnya dalam keseharian. Mungkin dia punya akun Instagram lain ya